Kamis, 30 Mei 2013

Tren Eksekutif Nyambi Agen Asuransi


Profesi agen asuransi naik pamor. Pemberdayaan jaringan (networking) dan iming-iming komisi menggiurkan menjadi alasan bagi sejumlah pegawai melakoninya.

Dalam sepuluh tahun terakhir terjadi perubahan pandangan masyarakat terhadap agen asuransi. Profesi yang sebelumnya dicibir dan bukan pilihan prioritas bagi pencari kerja, kini mulai diminati banyak orang.
Yang tidak kalah serunya adalah masuknya kalangan pegawai dan pengusaha menjadi agen asuransi. Pemberdayaan jaringan (networking) pertemanan menjadi alasan kenapa profesi ini dilirik.
Wow, sekarang banyak yang begitu. Pekerjaan tidak ditinggalkan, tapi coba nyari tambahan dengan menjadi agen. Yang pengusaha juga ada (jadi agen asuransi),” kata Eko Pamuji, Business Director PT Allianz Life Indonesia.
Dia menerangkan, ada yang tetap mempertahankan pekerjaannya, tapi ada pula yang banting stir sebagai agen asuransi. Mereka pun mengikuti ujian sertifikasi agar makin profesional dan mumpuni pengetahuan asuransinya.
Faktor lain beralihnya kalangan pegawai dan pengusaha, serta mulai banyaknya pencari kerja melirik agen asuransi karena perubahan pemahaman masyarakat tentang asuransi. Saat ini sudah banyak masyarakat yang mau membeli premi asuransi untuk melindungi diri, yang disesuaikan kebutuhan.
“Lebih dari itu, asuransi pun sudah menjadi media investasi pilihan bagi banyak orang,” kata Eko.
Mulanya Rina hanya sambil lalu saja menjadi agen asuransi Prudential. Pekerjaannya sebagai reporter disebuah koran ekonomi saja sudah menyita waktunya. Tidak terlintas dalam benaknya memanfaatkan kedekatan dengan narasumber untuk memuluskan profesi sambilannya itu.
Pemikirannya berubah saat berhasil mendapatkan nasabah yang mau membeli premi asuransi sebesar Rp250 juta. Terkejut adalah ekspresi pertama saat mendengar angka yang disebutkan nasabah. Atas pencapaian itu, menjadi agen asuransi pun dikerjakan terus tanpa mengganggu aktivitasnya sebagai reporter.
Lain lagi kisah Winny yang mengubah haluan dari pegawai bagian human resources development (HRD) sebuah kantor swasta menjadi agen asuransi AIA Financial. Tidak mudah juga saat mengawalinya karena beban target dan relasi yang minim.
“Tapi ini sebuah pilihan saya berubah dari orang di belakang meja menjadi orang lapangan,” kata dia.
Umumnya nasabah memilih premi kisaran Rp300 ribu-500 ribu. Ada juga yang menambah fasilitas asuransinya dengan biaya penggantian obat dan tindakan medis yang mungkin timbul akibat suatu penyakit saat di rawat di rumah sakit. Untuk yang begini, nasabah harus menambahnya dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Kini, profesinya sebagai agen asuransi AIA Financial sudah memasuki tahun kedua. Teman dekat, tetangga rumah, dan kerabatnya pun sudah tahu pekerjaan dirinya. Dan, sampai sekarang tidak ada yang mencibirnya.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim mengatakan, agen asuransi merupakan profesi prestius karena bukan hanya menjanjikan pendapatan, tetapi juga jenjang karir. Jumlah agen asuransi jiwa mencapai 340 ribu orang per September 2012. AAJI memberikan apresiasi dalam bentuk penghargaan pada para agen yang berprestasi dalam ajang Top Agent Award Asosiasi Asuransi jiwa Indonesia (TAA AAJI), yang sekarang memasuki tahun ke-25. Dari acara ini diharapkan para agen makin semangat seperti tema yang diusung pada pergelaran tahun ini, yaitu “Semangat Meraih Prestasi Puncak”.  (encep saefudin)
Tertarik?? @saadahf
Red : fina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar