Minggu, 21 April 2013

Bisnis Asuransi Syariah Adira Tumbuh Tinggi



Kepala Departemen Pengembangan Produk Syariah Adira Insurance, Bambang Haryanto, mengungkapkan, perolehan unit syariah Adira Insurance tercatat sudah melebih target pada Oktober 2012. 


"Sejak Januari-Oktober 2012, Adira Insurance telah memperoleh premi lebih dari Rp 103 miliar untuk produk asuransi syariahnya, tumbuh 183 persen dari perolehan premi pada periode yang sama di 2011 yang mencapai Rp 36 miliar," ucap Bambang, Senin, 19 November 2012. 



Adapun target awal premi perusahaan sepanjang tahun ini sebesar Rp 100 miliar. Melihat pertumbuhan ini, Adira Insurance yakin pertumbuhan premi produk-produk syariahnya bisa mencapai Rp 145 miliar pada akhir 2012.



Menurut Bambang, perolehan premi tersebut didominasi oleh perolehan premi kendaraan roda dua yang menyumbang pendapatan premi sekitar 55 persen dari seluruh produk yang ada. Adapun premi asuransi dari kendaraan roda empat memiliki porsi 37 persen dari total premi produk-produk asuransi syariah yang ada di Adira Insurance. 



"Sisanya, pendapatan premi dari asuransi syariah diperoleh dari produk-produk non kendaraan bermotor. Sumbangannya sekitar 10 persen," ucapnya.



Bila mengacu pada bisnis asuransi dan reasuransi syariah nasional yang mengalami percepatan pertumbuhan, hingga pertengahan tahun ini, premi telah mencapai 7,42 persen dari total premi asuransi dan reasuransi. Pada akhir tahun lalu, porsinya baru mencapai 3,8 persen. 



Presiden Direktur Adira Insurance, Indra Baruna menjelaskan, kebijakan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia membatasi uang muka kredit kendaraan bermotor, tak lantas mendorong secara signifikan pembiayaan kendaraan bermotor melalui Bank Syariah maupun Leasing Syariah. Persoalannya, aset belum cukup besar untuk menampung limpahan nasabah dari konvensional.



“Aset bank syariah belum besar, jadi belum bisa maksimal pemberian pembiayaannya. Jadi kalau pembiayaannya tidak ada, apa yang mau diasuransikan?" ujarnya.



Indra menambahkan, bank dan leasing syariah juga harus lebih hati-hati dengan peralihan nasabah pembiayaan dari bank konvensional. "Secara risiko lebih besar, karena ini kan orang-orang yang tidak memenuhi aturan uang muka konvensional, jadi harus hati-hati," ucapnya. 



Hingga pertengahan 2012, porsi premi asuransi kerugian dan reasuransi syariah telah mencapai Rp 586 miliar atau 5,19 persen dari total premi industri tersebut yang mencapai Rp 11,3 triliun. Pada akhir 2011, porsinya baru mencapai 2,83 persen dari total premi industri tersebut yang mencapai Rp 33,63 triliun.



Adapun porsi premi asuransi dan reasuransi jiwa syariah telah mencapai 8,3 persen atau Rp 2,36 triliun dari total premi industri tersebut yang mencapai Rp 28,42 triliun. Pada akhir 2011, porsinya baru mencapai 4,14 persen dari total premi industri tersebut yang mencapai Rp 97,29 triliun. (danu)

Asuransi Syariah Makin Diminati Konsumen Indonesia




Asuransi syariah mencatat pertumbuhan yang signifikan. Catatan kinerja PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia menyebutkan, pendapatan premi syariah mencapai Rp 1,3 triliun.Presiden Direktur Prudential Indonesia William Kuan menyampaikan hal itu dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (19/4).

”Pendapatan premi syariah tumbuh 41,9 persen diban- dingkan tahun 2009,” kata William.
Dibandingkan total pendapatan premi yang naik 38,9 persen menjadi Rp 10,08 triliun, persentase pertumbuhan pendapatan premi syariah lebih tinggi meskipun secara nominal masih lebih kecil.

”Kami akan melanjutkan pertumbuhan asuransi syariah. Nantinya, syariah akan berperan penting di Prudential,” ujar William.

Namun, hasil investasi unit link berbasis syariah belum cukup tinggi. Menurut Manajer investasi Prudential Indonesia Rian Wisnu Murti, investasi syariah equity fund masih terbatas akibat prinsip-prinsip syariah.

”Kami tidak bisa masuk ke sektor-sektor yang dikatakan tidak sesuai syariah, misalnya perbankan. Padahal, sektor perbankan tumbuh cukup tinggi tahun 2010,” kata Rian.

Meskipun cukup signifikan, secara umum pertumbuhan asuransi syariah di Prudential belum cukup tinggi di Indonesia. Dalam jumpa pers Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) beberapa waktu lalu disebutkan, belum semua perusahaan asuransi memiliki produk syariah. Oleh karena itu, besarannya belum signifikan dibandingkan produk konvensional.

Kemarin, William juga menyebutkan, pendapatan premi baru sebesar Rp 5,17 triliun, sekitar 94 persennya dihasilkan oleh produk unit link.

Unit link adalah produk asuransi dan investasi. Dana nasabah tak hanya digunakan untuk membayar proteksi, tetapi juga dikelola perusahaan asuransi sebagai investasi.

Menurut William, unit link tumbuh pesat karena tingginya permintaan masyarakat. Justru, unit link merupakan segmen yang tumbuh paling cepat dalam industri asuransi. ”Kondisi ini mengonfirmasikan bahwa permintaan pasar sangat besar,” ujar William.

Data AAJI per Desember 2010 menunjukkan hal serupa. Dari pendapatan premi total sebesar Rp 75,98 triliun, sekitar Rp 44,73 triliun atau 58,87 persen berasal dari unit link. Adapun premi tradisional sebesar Rp 31,24 triliun atau 41,13 persen.

Direktur Eksekutif AAJI Stephen Juwono dalam paparan AAJI menyampaikan, pada tahun 2009, porsi unit link mencapai 52 persen. Porsi ini diperkirakan akan terus bertambah seiring meningkatnya kondisi perekonomian Indonesia.

Pada tahun 2010, Prudential membukukan dana kelola Rp 23,3 triliun, naik 46,8 persen dibandingkan tahun 2009. Rian menyebutkan, dari sembilan produk investasi yang diterbitkan Prudential, hampir seluruhnya memberikan imbal hasil yang melampaui ilustrasi.

Kondisi ini antara lain ditopang oleh penurunan premi risiko—sebagai dampak meningkatnya status investasi Indonesia—sehingga pasar uang Indonesia menguat. Kondisi sektor perbankan yang sangat baik pada tahun 2010 menimbulkan pengaruh terhadap meningkatnya kredit konsumsi.

Berdasarkan data AAJI, total investasi 44 perusahaan asuransi di Indonesia mencapai Rp 157,34 triliun. Sekitar Rp 123,06 triliun di antaranya ditempatkan pada instrumen saham, obligasi, surat utang negara, dan reksa dana. Adapun sekitar Rp 20,14 triliun ditempatkan sebagai dana pada deposito.

Komposisi investasi ini, Ketua Umum AAJI Evelina F Pietruschka mengatakan, dari tahun ke tahun tidak banyak berubah. Misalnya, investasi pada saham dan obligasi pada tahun 2009 sekitar 42,81 persen dan pada tahun 2010 sekitar 45,96 persen.

Prudential Syariah Kuasai Pangsa Pasar Asuransi Syariah




Asuransi jiwa Prudential Indonesia tidak hanya menguasai pasar konvensional saja. Unit usaha syariah Prudential Indonesia juga mendominasi pangsa pasar asuransi syariah Indonesia. Hingga tengah tahun 2012 perusahaan asuransi terbesar ini menguasai 42 persen pangsa pasar premi asuransi syariah Indonesia.

Hingga Juni 2012 premi Prudential Syariah mencapai Rp 997,9 miliar atau tumbuh 24,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

"Sedangkan pangsa pasar aset Prudential Syariah berkontribusi 32 persen terhadap total aset asuransi syariah," ujar Presiden Direktur Prudential Indonesia, William Kuan, dalam media gathering Prudential Syariah, Jumat (9/11).

Baiknya pertumbuhan Prudential Syariah ini disebabkan oleh tiga faktor, lanjut William. Pertama, gencarnya sosialisasi syariah dan asuransi syariah yang ada di Indonesia. Hal ini menambah edukasi masyarakat terhadap industri syariah di Indonesia. 

Kedua pertumbuhan ini disebabkan oleh baiknya penjelasan yang diberikan oleh tenaga pemasaran Prudential Indonesia kepada masyarakat. Dan terakhir, pertumbuhan tersebut ditopang oleh besarnya kepercayaan masyarakat terhadap nama Prudential.

Dengan hasil ini, kontribusi syariah di Prudential mencapai 10 persen. Sejauh ini pemegang polis syariah di Prudential Indonesia mencapai 254 ribu orang. Jumlah ini meningkat tujuh kali lipat sejak Prudential Syariah pertama kali diluncurkan pada 2007.

Ke depan bisnis asuransi syariah akan terus meningkat. Prudential telah mengadakan survei kepada 3.000 responden terkait asuransi syariah. Hasilnya, kata William, baru satu persen responden yang menggunakan asuransi syariah. 

Sisanya belum dan belum teredukasi dengan baik. "Ini potensi bagi Prudential," kata dia. Selain pertumbuhan premi dan aset yang mengagumkan, pertumbuhan premi baru juga menjadi indikator baiknya pencapaian yang diraih Prudential syariah.  (Republika/danu)

Aset asuransi syariah tumbuh 7,26%



Pelaku asuransi syariah harus kerja keras agar aset tumbuh besar dan tidak dipandang sebelah mata. Sebab, berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), sampai kuartal III-2012, aset industri asuransi syariah baru 3,54% dari total aset industri asuransi senilai Rp 322,2 triliun. Sampai akhir September, aset syariah tumbuh tipis 7,26% dibandingkan akhir kuartal III-2011. Angka ini masih jauh dibandingkan pertumbuhan aset industri asuransi sebesar 12%.
Menurut Srikandi Utami, Wakil Ketua Bidang Statistik Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), pertumbuhan aset kecil karena faktor kontribusi premi. Pada akhir kuartal III-2012, premi belum maksimal, sehingga tidak mengerek aset. Sampai kuartal tiga, total premi asuransi syariah Rp 4,5 triliun, tumbuh 52,9% dibanding periode sama tahun lalu.
Asuransi jiwa syariah berkontribusi Rp 9,1 triliun dan asuransi umum Rp 2,3 triliun. Dengan angka sebesar itu, kontribusi asuransi syariah 3,96% dari total premi industri asuransi Rp 114,3 triliun.
Pencapaian premi syariah pada kuartal tiga lalu mirip periode sama tahun 2011. Berlakunya aturan uang muka kredit sejak pertengahan tahun ini, tak banyak membantu peningkatan permi. Pasalnya, kontribusi premi masih dominan keagenan dan bancassurance, dari multifinance masih mini.
Keagenan ditaksir berkontribusi hingga 50%, bancassurance 15%. Sisanya dari grup dan individual. "Leasing masih sangat rendah beda dengan agen dan bancassurance," terangnya pada Kamis (6/12).
Kepala Departemen Pengembangan Produk Syariah Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance), Bambang Haryanto, menambahkan sepanjang kuartal III lalu ada limpahan premi, karena aturan uang muka kredit di bisnis konvensional. Tapi, pengaruhnya tidak besar, sebab pendanaan multifinance untuk syariah masih dibatasi.
M Nasyubun, Kepala Divisi Syariah Bumida, menilai pendanaan terbatas dari bank syariah membuat perolehan premi asuransi syariah dari multifnance rendah.
Srikandi menilai, meskipun sepanjang kuartal tiga tumbuh tipis, aset asuransi syariah belum bisa disebut stagnan. Sebab, biasanya, pada akhir tahun jalur keagenan memberikan kontribusi besar terhadap premi. Maklum, iming-iming bonus perusahaan membuat agen kerja keras mengerek premi. "Untuk kuartal III, oke disebut tipis, tapi hasil final di akhir tahun baru kelihatan, biasanya melonjak tajam," kata Srikandi.
Banyak hal harus dilakukan industri syariah agar aset tumbuh tinggi. Dari segi premi, mereka harus memaksimalkan jalur distribusi secara merata. Tidak hanya mengandalkan keagenan dan bancassurance.
Selain itu, mengerek porsi investasi. Akhir September, total investasi Rp 9,3 triliun, tumbuh 9,94% (year on year/yoy). Angka tersebut mencapai 3,39% dari total investasi asuransi Rp 276 triliun.
Saat ini jumlah asuransi syariah 46 perusahaan. Rinciannya, empat perusahaan full asuransi jiwa syariah, dua asuransi kerugian syariah, 17 unit asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah, dan tiga unit reasuransi syariah. (takafulumum/danu)

Pertumbuhan Asuransi Syariah Dinilai Meningkat

William Kuan, Presiden Prudential 


Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, dalam kurun waktu lima tahun, pasar asuransi syariah tumbuh sebesar 53 persen, yaitu mencapai Rp. 7,3 triliun. Sementara hingga akhir tahun lalu, asuransi syariah mencetak premi sebesar Rp. 4,97 triliun (tumbuh sebesar 34,9 persen) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan terkini juga dapat dilihat dari total pemasukan premi syariah dari PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) yang mencapai Rp. 997,9 miliar, naik 24,2 persen, sampai 30 Juni 2012 dibandingkan periode yang sama di tahun 2011.

“Asuransi jiwa syariah memiliki peluang yang luar biasa besar di Indonesia, melihat beberapa faktor utama, seperti populasi muslim terbesar di dunia, PDB yang terus meningkat, penetrasi asuransi yang masih rendah, serta meningkatnya kelas menengah. Hasil survey kami menunjukkan bahwa baru 1 persen dari responden survey yang memiliki asuransi jiwa syariah. Dari yang tidak memiliki, 12 persen mempertimbangkan untuk memiliki asuransi jiwa syariah. Ini angka yang cukup baik untuk menggambarkan potensi pasar yang ada,” papar William Kuan, Presiden Direktur Prudential Indonesia, saat acara media gathering “Geliat Asuransi Syariah di Indonesia: Prudential Dukung Perkembangan Industri Syariah di Indonesia,” di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jum’at (09/10/2012) kemarin.
Menurut William, survey Prudential tersebut juga menunjukkan bahwa dari mereka yang tidak mempertimbangkan untuk memiliki asuransi jiwa syariah, mengatakan alasan mereka karena tidak mengerti mekanisme atau produknya (ada 38 persen).

Hal ini menunjukkan bahwa edukasi tentang asuransi jiwa syariah perlu terus dilakukan.
Prudential sendiri mengaku senang telah dipercaya oleh masyarakat untuk menyediakan perlindungan berbasis syariah melalui produk PRUlink syariah.

Sampai 30 Juni 2012, kata William, peningkatan kontribusi (premi) baru dari PRU link syariah mencapai 25,7 persen.
Menurutnya, ini mengindikasikan bahwa produk-produk syariah Prudential mendapatkan respon yang baik dari masyarakat.* (hidayatullah/danu)